
JAKARTA, (PR).- Harapan Indonesia untuk bisa masuk dalam playoff Grup I tahun depan semakin menipis setelah kekalahan di hari pertama babak pertama Grup II Piala Davis 2019 Zona Asia Oceania. Bertanding di Stadion Tenis Gelora Bung Karno, Senayan, Jakarta, Sabtu, 14 September 2019, Indonesia kandas 0-2 atas Selandia Baru.
Di partai tunggal pertama, M. Rifki Fitriadi takluk di tangan Ajeet Rai dua set langsung 6-7(7), 3-6 dan kemudian, David Agung Susanto kalah tangguh atas Rhett Purcell. Setelah sukses merebut kemenangan di set pertama, David justru takluk di dua set berikutnya dengan skor akhir 6-3, 4-6, 0-6.
Kesempatan Indonesia tinggal di hari kedua yang akan memainkan tiga partai. Jika di partai pertama yang memainkan nomor ganda, Indonesia kalah, maka tim Garuda akan menjalani playoff Grup II, Maret tahun depan. Di 2020, format baru akan ditetapkan. Tidak ada pembagian zona untuk Grup I dan Grup II seperti saat ini, dan menjadi global format.
Permainan kedua pemain Indonesia kemarin sebenarnya cukup mengejutkan. Menghadapi pemain yang memiliki rangking dunia lebih tinggi, Rifki maupun David ternyata mampu memberikan perlawanan terutama di set pertama. Sayang, keduanya sama-sama gagal mempertahankan momentum dan akhirnya takluk.
Rifki di set pertama sempat unggul 6-5, namun dia gagal mengakhiri setelah Ajeet melakukan break untuk menyamakan kedudukan. Tie break pun terjadi. Di gim penentu ini, Rifki tidak mampu mengusai permainan setelah sempat unggul empat set poin. Kehilangan dua poin di tie break membuatnya kehilangan momentum dan lawan pun menemukan kepercayaan diri untuk ambil kemenangan.
Rifki mencoba mengambil kembali permainannya di set kedua. Namun, terlalu sulit setelah lawannya mulai naik kepercayaan dirinya. Dia berusaha mengejar mendekati hingga poin 3-4, tapi lagi-lagi keputusan yang salah membuat pemain berusia 20 tahun ini kembali kehilangan kemenangannya.
"Sebenarnya senang bisa main jadi pembuka. Sayang di set pertama setelah bisa mengimbangi 5-5 dan break 6-5, justru tidak bisa ngambil. Di tie break pun setelah leading 6-2, kehilangan dua poin saya langsung hilang momentum. Kesalahan saya ketika unggul empat set poin adalah bermain "safe". Harusnya saya main menekan saja, nekad karena tinggal satu poin lagi. Tapi ini sebaliknya dan lawan jutru bisa bangkit," tukasnya.
Di set kedua, Rifki mengaku tidak lelah. Hanya saja, menurut dia, ketika lawan yang sudah memiliki level dunia dapat kepercayaan diri, maka akan sulit untuk bisa mengjegalnya. "Awalnya memang ada beban karena kekalahan di set pertama. Tapi saya berusaha melepaskan tekanannya," tukasnya.
Ajeet mengatakan saat ketinggalan atas Rifki, dia diingatkan oleh Kapten tidak bermainnya, Alistair Hunt untuk bermain lebih tenang. Dia pun mencobanya, dan berusaha untuk mencari poin per poin tanpa memikirkan tekanan dari penonton dan sebagainya. "Saya beruntung, karena Rifki permainannya justru menurun. Jadi saya tinggal ambil alih permainan saja," ujarnya.
Kondisi yang sama pun dialami oleh David. Setelah menang di set pertama dan unggul 4-1 di set kedua, dia justru bermain tidak fokus. Apalagi setelah terkena dua kali break dari Purcell, David justru berbalik tertinggal 4-5 dan akhirnya kalah.
Di set penentuan, David sudah tidak bisa berkutik lagi. Permainan agresif yang ditunjukkan Purcell tidak lagi bisa diatasi oleh pemain yang akrab dipanggil Boneng itu. "Saya juga bingung sendiri kenapa bisa begitu (set kedua). Saya sedikit hilang fokus awalnya, lawan jadi bangkit dan saya justru mati sendiri, tidak bisa kembali lagi di permainan awal seperti set pertama. Di set penentuan, saya jadi malah main terburu-buru, tidak bisa stain reli seperti di set pertama, hingga buat banyak error," imbuh David.
Kapten tim tidak bermain Indoensia Febi Widhiyanto menambahkan, jika dirinya agak kecewa dengan hasil ini. Pasalnya, di atas kertas, meski kalah rangking, tapi secara kualitas Rifki dan David dinilainya memiliki kualitas yang sama dengan lawan-lawannya. Bahkan dia sempat memprediksi hari pertama ini Indonesia akan menang 2-0 terlebih dahulu.
"Yang membedakan pemain kita dengan mereka (Selandia Baru -Red.) adalah ketika mereka ketinggalan mereka akan berjuang mengejar dan balik kepermainan mereka. Sebaliknya kalau kita yang ketinggalan, pasti jadinya kehilangan kontrol. Hingga hilang semua permainan," katanya.
Bagi dia, itu merupakan bagian dari proses bertanding seorang pemain profesional. Sementara pemainnya dinilai jarang mendapatkan kondisi seperti itu. "Sudah unggul 4-1 malah berbalik kalah 4-6. Anak-anak tidak terbiasa dengan kondisi tersebut. Saya di lapangan terus mengingatkan agar mereka fokus poin per poin jangan per gim, tapi ternyata meleset," ungkapnya.
Ubah komposisi
Indonesia masih memiliki kesempatan di pertandingan hari kedua yang akan memainkan satu partai ganda dan dua partai tunggal. Pada nomor ganda yang akan dimainkan pertama, Indonesia sebelumnya memasukan nama Anthony Susanto-Ari Fahresi untuk menghadapi Marcus Daniell-Michel Venus, namun melihat dua kekalahan di hari pertama, maka besar kemungkinan akan ada perubahan komposisi di hari kedua.
Menurut Febi, dirinya akan berunding dengan manajer untuk menentukan siapa komposisi terbaik yang akan dimainkan melawan pemain nomor 9 dunia tersebut. Meski tidak diunggulkan, Febi mengaku dirinya dan pemainnya masih memiliki keyakinan untuk bisa mencuri permainan di hari kedua nanti.
Indonesia harus bisa memetik kemenangan di nomor ganda bila masih ingin membuka peluang. Namun jika kalah, maka dua pertandingan tunggal yang sudah tidak menentukan lagi bisa dilanjutkan dan bisa juga tidak.***
"kalah" - Google Berita
September 14, 2019 at 06:58PM
https://ift.tt/2ZXwn9K
Kalah 0-2, Harapan Indonesia untuk Masuk Playoff Grup I Tahun Depan Menipis - Pikiran Rakyat
"kalah" - Google Berita
https://ift.tt/2HDpIXQ
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Kalah 0-2, Harapan Indonesia untuk Masuk Playoff Grup I Tahun Depan Menipis - Pikiran Rakyat"
Post a Comment